BEBEZHA - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil akan merombak Kantor Pemerintah Provinsi Jabar. Tujuannya, agar bangunan yang terkenal dengan nama Gedung Sate itu lebih nyaman untuk wisatawan.
Ia menjelaskan, rencana tersebut masuk dalam agenda kerjanya. Namun, ia memastikan bahwa perombakan tidak akan mengubah bangunan utamanya sebagai gedung heritage.
"Saya sekarang dalam posisi observasi. Prioritas utama tentu koordinasi antar daerah, mereformasi pelayanan publik. Minggu depan, saya merilis program jabar quick response dan ada program penataan kawasan kantor (gedung sate)," ujarnya saat ditemui di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (7/9).
Menurutnya, rencana itu direalisasikan tahun depan di anggaran 2019. Perombakan yang dilakukan lebih kepada penataan ruang yang dianggap mubazir.
Di antaranya, bagian taman bagian belakang dan pemindahan ruang command center yang berada di ruang bawah. Selain itu, pria yang akrab disapa Emil ini berencana merenovasi gerbang depan untuk agar memberikan kenyamanan masyarakat untuk berswafoto.
"Saya punya mata sebagai arsitek. Banyak ruang mubazir yang lebih baik dimanfaatkan untuk masyarakat. Gedung Sate jangan angker, atau terkesan formal kayak istana. Ini kan rumah rakyat, selama (masyarakat) tidak masuk ke ruang yang privat, masyarakat bisa berinteraksi ga masalah," jelasnya.
"Tapi intinya saya tidak akan mengubah Gedung Sate, saya kan arsitek. Tahu gedung ini heritage," jelasnya.
Dilansir wikipedia, Gedung Sate pada masa Hindia Belanda disebut Gouvernements Bedrijven (GB). Peletakan batu pertama dilakukan oleh Johanna Catherina Coops, puteri sulung Wali kota Bandung, B. Coops dan Petronella Roelofsen, mewakili Gubernur Jenderal di Batavia, J.P. Graaf van Limburg Stirum pada tanggal 27 Juli 1920.
Gedung Sate merupakan hasil perencanaan sebuah tim yang terdiri dari Ir. J. Gerber, arsitek muda kenamaan lulusan Fakultas Teknik Delft Nederland, Ir. Eh. De Roo dan Ir. G. Hendriks serta pihak Gemeente van Bandoeng, diketuai Kol. Pur. VL. Slors.
Pembangunan Gedung Sate melibatkan 2000 pekerja, 150 orang di antaranya pemahat, atau ahli bongpay pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan Cina yang berasal dari Konghu atau Kanton, dibantu tukang batu, kuli aduk dan peladen yang berasal dari penduduk Kampung Sekeloa, Kampung Coblong Dago, Kampung Gandok dan Kampung Cibarengkok, yang sebelumnya mereka menggarap Gedong Sirap (Kampus ITB) dan Gedong Papak (Balai Kota Bandung).
Selama kurun waktu 4 tahun pada bulan September 1924 berhasil diselesaikan pembangunan induk bangunan utama Gouverments Bedrijven, termasuk kantor pusat PTT (Pos, Telepon dan Telegraf) dan Perpustakaan.
Arsitektur Gedung Sate merupakan hasil karya arsitek Ir. J.Gerber dan kelompoknya yang tidak terlepas dari masukan maestro arsitek Belanda Dr.Hendrik Petrus Berlage, yang bernuansakan wajah arsitektur tradisional Nusantara.
Banyak kalangan arsitek dan ahli bangunan menyatakan Gedung Sate adalah bangunan monumental yang anggun mempesona dengan gaya arsitektur unik mengarah kepada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa, (Indo Europeeschen architectuur stijl), sehingga tidak mustahil bila keanggunan Candi Borobudur ikut mewarnai Gedung Sate.
Beberapa pendapat tentang megahnya Gedung Sate di antaranya Cor Pashier dan Jan Wittenberg dua arsitek Belanda, yang mengatakan "langgam arsitektur Gedung Sate adalah gaya hasil eksperimen sang arsitek yang mengarah pada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa".
(mdk)
0 Response to "gebrakan perdana Kang Emil jabat Gubernur Jabar, Rombak Gedung Sate"
Posting Komentar