BEBEZHA - Memperingati 100 tahun berakhirnya Perang Dunia I, fotografer Jonathan Beamish mendokumentasikan jejak konflik berskala global tersebut menggunakan teknik fotografi inframerah.
Beamish mengabadikan lanskap yang berubah akibat Perang Dunia I menggunakan teknik fotografi inframerah di beberapa medan perang utama di Prancis dan Belgia.
"Di banyak tempat, bentang alam masih menunjukkan jejak-jejak peperangan yang sangat jelas," kata Beamish.
"Saya selalu tertarik pada fotografi inframerah karena itu membuat kita bisa melihat lebih dari penglihatan normal, ada warna-warna lain yang muncul dan Anda bisa melihat hal-hal yang hanya terlihat dalam gelap."
Beamish telah bereksperimen dengan teknik ini selama beberapa waktu, dan mengetahui fungsi inframerah dalam pengawasan militer.
(Kawah raksasa di Vimy Ridge ini disebabkan oleh ledakan dinamit tentara Inggris yang ditujukan untuk bunker tentara Jerman pada 27 November 1916. Pertempuran Arras dimulai pada Senin, 9 April 1917 yang melibatkan empat divisi militer Kanada bertempur bahu-membahu untuk pertama kalinya dan berhasil mencapai kemenangan besar untuk menguasai Vimy Ridge.)
"Saya mulai di Solferino dekat Danau Garda di Italia, lokasi perang satu hari pada 1859 yang menewaskan 40 ribu orang. Kengerian di Solferino, terutama kurangnya pertolongan pada mereka yang terluka adalah awal berdirinya Palang Merah Internasional," papar Beamish.
Dari situ Beamish mulai mendokumentasikan jejak-jejak Perang Dunia I dan konflik yang berakhir dengan gencatan senjata 100 tahun lalu.
"Kendati pepohonan, sesemakan dan tanaman sudah menutupi wilayah pedesaan juga perkebunan di Zona Barat, wilayah perang utama PD I, tapi jejak pertempuran besar itu tetap terlihat," kata Beamish.
(Parit-parit di garis depan peperangan yang digunakan tentara Inggris dan Jerman di Sanctuary Wood pada 31 July 1917 saat tentara Inggris menyerbu Jerman dalam Pertempuran Passchendaele.)
"Saya ingin melakukan sesuatu untuk mengingatkan, meskipun kecil, agar orang-orang tidak melupakan sejarah yang memilukan ini. Seperti juga banyak orang lainnya, saya kehilangan leluhur di Perang Dunia I. Berapa banyak dari kita yang merinding saat membaca nama keluarga di monumen memorial seperti Menin atau Thiepval?
"Lalu bagaimana dengan orang-orang yang hilang dan tidak pernah ditemukan juga desa-desa yang hilang dan lanskap dan menyisakan jejak perang?"
Beamish mengatakan menggunakan fotografi inframerah mungkin bisa memunculkan hal yang selama ini tersembunyi, atau setidaknya memberi perspektif yang berbeda.
(Pada 22 August 1914, hutan Rossignol ini menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi ratusan pria yang tewas dalam pertempuran Frontiers, di mana tentara Prancis bertempur dengan pasukan Jerman di lima lokasi berbeda. Lebih dari 27 ribu tentara Prancis tewas dalam perang ini, jumlah tentara Prancis tewas terbanyak dalam satu hari.)
"Fotografi inframerah memberi pilihan visual yang lebih luas, terutama dengan adanya teknologi digital. Secara kasat mata, hasilnya terlihat lebih mistis," ungkapnya.
(Pada Februari 1916, pasukan Jerman menguasai Benteng Douaumont dan Vaux, yang merupakan wilayah terpenting di Kota Verdun. Benteng ini baru berhasil direbut kembali oleh Prancis pada Oktober 1916. Pertempuran Verdun merupakan yang terlama dan paling berdarah dalam Perang Dunia I, menyebabkan lebih dari 700 ribu orang tewas.)
Beamish menggunakan dua langkah untuk memproses gambar-gambarnya, satu filter yang menekankan warna merah dan biru, serta filter lainnya yang membuat langit tetap terlihat biru, namun dedaunan berubah pucat.
(okz)
0 Response to "Peringati 100 Tahun Perang Dunia I, Intip Jejak-Jejak Lokasi Bersejarahnya"
Posting Komentar