BEBEZHA - Usai mendapat kecaman dari organisasi HAM,
Human Rights Watch, pemerintah Cina kini menyerang balik dengan
mengklaim HRW telah memfitnah Beijing terkait perlakuan terhadap
minoritas muslim di provinsi Xinjiang. HRW sebelumnya menuding Cina
menggunakan teknologi kecerdasan buatan dan big data untuk mengawasi
etnis Uighur.
Pelanggaran HAM tersebut dilakukan "dalam skala yang belum pernah
disaksikan di Cina selama beberapa dekade terakhir," kata Direktur Cina
HRW, Sophie Richardson.
Atas tudingan tersebut Kementerian Luar Negeri di Beijing menilai HRW
menyimpan "prasangka buruk" pada pemerintah Cina. Geng Shuang,
Jurubicara Kemenlu, mengatakan situasi di Xinjiang cukup "stabil." Namun
dia mengaku pihaknya akan tetap mengambil langkah tegas terhadap
aktivis kemerdekaan di sana.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri bertolak
belakang dengan laporan setebal 125 halaman yang dipublikasikan HRW.
Menurut penelitian PBB Cina menahan ratusan ribu anggota etnis Uighur
dan Kazakh di kamp re-edukasi atau yang secara resmi disebut "pusat
penanggulangan terorisme." Mereka mendekam tanpa melalui proses
pengadilan.
HRW menulis para tahanan "dipaksa mengutip propaganda, menyanyikan
lagi yang memuji Presiden Xi Jinping dan Partai Komuni Cina, serta
belajar bahasa Mandarin. Mereka yang menolak akan dihukum, dan dalam
sejumlah kasus, mengalami penyiksaan."
Riset HRW antara lain disusun berdasarkan wawancara terhadap
58 mantan terpidana "terorisme" yang kini mengungsi ke Kanada,
Finlandia, Perancis, Jerman dan sejumlah negara lain. Lantaran masalah
keamanan organisasi yang bermarkas di New York, AS, itu tidak bisa
melakukan riset langsung di lapangan.
Adapun warga Uighur yang tidak ditahan di
kamp re-edukasi, juga menjadi korban pengawasan menyeluruh, termasuk
"kewajiban pengumpulan" DNA dan sampel suara secara massal. Disebutkan
otoritas Cina "menggunakan teknologi kecerdasan buatan dan big data
untuk mengidentifikasi atau mengawasi semua orang di Xinjiang," tulis
HRW.
"Pelanggaran HAM di Xinjiang saat ini memiliki dimensi yang belum pernah dilihat di Cina sejak Revolusi Budaya 1966-1976."
Kampanye anti terorisme yang diluncurkan Cina pada Mei 2014
dipraktikkan dengan lebih komperhensif di Xinjiang sejak 2016 di bawah
kekuasaan Sekretaris Partai Komunis, Xhen Quanguo, yang sebelumnya
bekerja di Tibet. Xinjiang merupakan kampung halaman untuk sekitar 13
juta warga etnis Uighur yang mayoritasnya beragama Islam.
Di dalam negeri pemerintah Cina mengumumkan perlakuan warga minoritas
Muslim ditujukan untuk menyembuhkan "penyakit ideologi" dan
menggambarkan kamp re-edukasi sebagai "pusat pelatihan vokasi."
0 Response to "HRW: Cina Gunakan Kecerdasan Buatan Awasi Minoritas Muslim"
Posting Komentar