Mantan teroris sebut ciri anggota ISIS tidak menghormati ulama


BEBEZHA - Polda Jateng meminta mahasiswa untuk mewaspadai masuknya paham radikal, yang menyasar dengan modus melibatkan bekas narapidana kasus terorisme untuk mengadakan seminar di lingkungan kampus.

"Kami minta mahasiswa peka terhadap ajaran tersebut tidak tepat untuk mereka. Mahasiswa harus cerdas dan hargai nilai Pancasila. NKRI harga mati," kata Kasubdit IV Direktorat Intelkam Polda Jateng AKBP Guki Ginting saat diwawancara wartawan usai seminar antiterorisme yang digelar BNPT di kampus Universitas Muhammadiyah Semarang, Kamis (20/9).

Dia menyebut dari survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), terdapat 15 perguruan tinggi di Indonesia sudah terkontaminasi paham radikalisme. Maka dari itu, peran polisi dan masyarakat dibutuhkan untuk mengawasi.

"Jadi peran warga, serta pejabat perguruan tinggi ikut serta awasi. Kalau semua berperan mengawasi segala bentuk kegiatan menyimpang akan terdeteksi laporkan, kalau perlu diproses hukum," ungkapnya.

Terpisah mantan narapidana terorisme Imam Bayhaqi alias Abu Tholut menyebut ajaran radikal yang disebarkan oleh Islamic State Of Iraq and Syiria atau ISIS bertujuan merenggut hak orang lain. Abi Tholut pernah menjadi komandan mantique Jemaah Islamiah wilayah Asia Tenggara sejak 2014 sudah.

"Jadi ISIS sudah merupakan bentuk khawatir masa kini. Ciri-ciri tidak hormati ulama dan orang lain yang lebih tua darinya," ujarnya.

Dalam kisahnya, sejak bergabungnya Jemaah Islamiah tahun 1985 pernah latihan perang ke Afganistan dan sudah beberapa kali turun medan pertempuran.

"Saya juga pernah bertemu pengasuh pondok pesantren Ngruki Abu Bakar Ba'asyir di Malaysia, dan langsung berangkat ke Afganistan tanpa pamitan orang tua," kata Abu Tholut.

(mdk)

0 Response to "Mantan teroris sebut ciri anggota ISIS tidak menghormati ulama"

Posting Komentar