BEBEZHA - Pasukan Suriah dibantu Rusia kini tengah melancarkan serangan
besar-besaran ke Provinsi Idlib, Suriah, kantong terakhir yang masih
dikuasai pemberontak.
Amerika Serikat yang mendukung pemberontak Suriah memperingatkan akan
adanya serangan gas kimia seperti yang pernah terjadi sebelumnya dan
menjadi sorotan dunia internasional.
Dilansir dari laman Albawaba, pekan lalu, baik Rusia dan AS kini
saling menuduh pihak masing-masing sedang menyiapkan serangan gas kimia
kepada warga sipil di Idlib dalam beberapa hari ke depan. Modus semacam
ini seolah sudah menjadi standar operasi di Suriah untuk menyalahkan
pihak lawan.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor
Konashenkov Senin pekan lalu menyatakan provokasi besar akan dilakukan
pihak asing di Suriah. Diduga, provokasi tersebut akan melibatkan
senjata kimia.
"Menurut informasi yang diterima Pusat Rekonsiliasi Rusia untuk
Suriah hari ini dari penduduk Idlib, para ahli asing yang berbahasa
Inggris tiba di pemukiman Hbit," kata Konashenkow, dikutip dari TASS,
Senin (27/8).
"Lokasi itu terletak di sebelah selatan zona Idlib, sebuah zona yang
digunakan untuk 'merancang' serangan senjata kimia menggunakan
rudal-rudal bermuatan klorin," tambahnya.
"Serangan ke pemukiman Kafr Zayta dengan roket bermuatan zat beracun
telah direncanakan dalam dua hari ke depan. Provokasi ini dilakukan
untuk mengguncang situasi dan mengganggu proses perdamaian yang tengah
diupayakan Suriah," jelasnya.
Bukti-bukti dari klaim ini sejauh ini belum dirilis dan sepertinya
tidak akan, meski pesannya jelas: serangan kimia berikutnya adalah
perbuatan AS, Inggris, kelompok White Helmets, bukan Rusia atau rezim
Basyar al-Assad.
Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton, menurut Bloomberg,
mengaku punya informasi Presiden Suriah Basyar al-Assad sedang
menyiapkan serangan kimia untuk menguasai Idlib.
"Jika rezim Suriah menggunakan senjata kimia maka kami akan merespons dengan keras," kata Bolton
Rusia dan AS jelas saling tuding dalam perang informasi di Idlib, Suriah.
Rusia selama ini mengklaim mereka melindungi rezim dan kedaulatan Suriah di duni internasional.
Sementara AS memposisikan diri sebagai pihak yang siap menggempur
Suriah jika serangan gas kimia terjadi. AS ingin mereka dianggap sebagai
pelindung hak asasi dan hukum internasional yang melarang penggunaan
senjata kimia.
Direktur Operasi Kemanusiaan PBB John Ging mengatakan pertempuran di
Idlib berpotensi menciptakan krisis kemanusiaan dalam skala yang belum
pernah ada sebelumnya.
(mdk)
0 Response to "Gejolak Perang Informasi Rusia dan AS di Suriah"
Posting Komentar