Sebanyak pekerja pabrik genting atau biasa disebut jebor mengikuti Lomba Binaraga Antar Jebor Jatiwangi Cup di Pasaka Desa Burujul Kulon, Kecamatan Jatiwangi, Majalengka akhir pekan ini
Lomba binaraga ini merupakan kegiatan tahunan yang digelar Jatiwangi Art Factory (JAF). Tahun ini ada 51 peserta yang mengikuti LOmba Binaraga tersebut. Direktur JAF Ginggi Syar Hasyim mengatakan sejalan dengan semangat kemerdekaan, Jatiwangi Cup juga diadakan untuk memperingati pencapaian kebudayaan mengolah tanah yang sudah lebih dari seabad lamanya ini.
"Jebor, atau pabrik genteng, adalah salah satu sarana kehidupan manusia Jatiwangi yang kehadirannya bahu-membahu dengan pertanian," kata Ginggi kepada TINTAHIJAU.com
Lomba Binaraga ini sudah digelar empat kali. Lomba binaraga kali ini punya sesuatu yang baru. Jika biasanya akan disuguhkan para pengrajin genteng yang berunjuk otot di atas panggung untuk memberi penghargaan kepada mereka yang bertahan dalam perjuangan genteng Jatiwangi, tahun ini sengaja menghadirkan ingatan akan orang-orang yang berada di masa lalu dalam memulai dan menjaga peradaban genteng Jatiwangi.
"Kita memberikan plakat yang dibuat dari tanah dan bersimbol bintang bertuliskan nama masing-masing tokoh, seperti nama H. Umar bin Ma’ruf, yang namanya dikenal sebagai orang yang memulai jebor (pabrik genteng) pertama di Jatiwangi tahun 1905, juga Bapak Barmawi yang menurut sejarah adalah ahli genteng yang kemudian menjadi guru pertama yang menurunkan ilmunya ke banyak pengrajin genteng terbaik, dan banyak lagi tokoh-tokoh berjasa dalam perjalanan genteng di Jatiwangi," urai Ginggi.
Pengalaman manusia Jatiwangi dalam mengolah tanah, kata Ginggi benar-benar telah menubuh. Hal itu bisa dilihat dari lekuk tubuh para peserta Jatiwangi Cup itu. "Keliatan tubuh mereka didapatkan sebagai hasil dari mengolah tanah untuk menjadi genteng (keramik) yang menaungi atap-atap rumah kita. Jatiwangi Cup memang merayakan kebugaran sekaligus lekuk tubuh para pekerja pabrik genteng, para manusia Jatiwangi," imbuhnya.
Sementara itu Direktur Museum Genteng Jatiwangi Ila Syukrillah Syarief mengatakan justru inilah orang-orang yang merupakan tonggak kehebatan kebudayaan genteng Jatiwangi yang termashur itu. Jatiwangi Cup adalah sebentuk perayaan kebahagiaan merek, yang berupaya untuk meningkatkan kepercayaan dari warga bahwa mereka adalah orang-orang yang keren. "Semoga kegiatan ini menjadi lestari sebagai bagian dari cara hidup dan menghidupi Jatiwangi yang bangga akan identitas kebudayaan gentengnya," pungkas Ila.
Adapun para pemenang Jatiwangi.Cup, Lomba Binaraga Antar Jebor tahun 2018 yaitu Juara I: Enceng Jiman (PG Dua Saudara)
Juara II: Mamat Surahmat (PG Jati Raya) Juara III: Adi Suwandi (PG Tenang Jaya). Sementara hadiah yang mereka raih juara I. Rp1.750.000, juara II Rp1.500.000, dan juara III Rp1000.000. Disamping itu untuk 7 orang masuk 10 besar masing-masing Rp250.000 dan 20 juara harapan mendapat Rp200.000. TH
Lomba binaraga ini merupakan kegiatan tahunan yang digelar Jatiwangi Art Factory (JAF). Tahun ini ada 51 peserta yang mengikuti LOmba Binaraga tersebut. Direktur JAF Ginggi Syar Hasyim mengatakan sejalan dengan semangat kemerdekaan, Jatiwangi Cup juga diadakan untuk memperingati pencapaian kebudayaan mengolah tanah yang sudah lebih dari seabad lamanya ini.
"Jebor, atau pabrik genteng, adalah salah satu sarana kehidupan manusia Jatiwangi yang kehadirannya bahu-membahu dengan pertanian," kata Ginggi kepada TINTAHIJAU.com
Lomba Binaraga ini sudah digelar empat kali. Lomba binaraga kali ini punya sesuatu yang baru. Jika biasanya akan disuguhkan para pengrajin genteng yang berunjuk otot di atas panggung untuk memberi penghargaan kepada mereka yang bertahan dalam perjuangan genteng Jatiwangi, tahun ini sengaja menghadirkan ingatan akan orang-orang yang berada di masa lalu dalam memulai dan menjaga peradaban genteng Jatiwangi.
"Kita memberikan plakat yang dibuat dari tanah dan bersimbol bintang bertuliskan nama masing-masing tokoh, seperti nama H. Umar bin Ma’ruf, yang namanya dikenal sebagai orang yang memulai jebor (pabrik genteng) pertama di Jatiwangi tahun 1905, juga Bapak Barmawi yang menurut sejarah adalah ahli genteng yang kemudian menjadi guru pertama yang menurunkan ilmunya ke banyak pengrajin genteng terbaik, dan banyak lagi tokoh-tokoh berjasa dalam perjalanan genteng di Jatiwangi," urai Ginggi.
Pengalaman manusia Jatiwangi dalam mengolah tanah, kata Ginggi benar-benar telah menubuh. Hal itu bisa dilihat dari lekuk tubuh para peserta Jatiwangi Cup itu. "Keliatan tubuh mereka didapatkan sebagai hasil dari mengolah tanah untuk menjadi genteng (keramik) yang menaungi atap-atap rumah kita. Jatiwangi Cup memang merayakan kebugaran sekaligus lekuk tubuh para pekerja pabrik genteng, para manusia Jatiwangi," imbuhnya.
Sementara itu Direktur Museum Genteng Jatiwangi Ila Syukrillah Syarief mengatakan justru inilah orang-orang yang merupakan tonggak kehebatan kebudayaan genteng Jatiwangi yang termashur itu. Jatiwangi Cup adalah sebentuk perayaan kebahagiaan merek, yang berupaya untuk meningkatkan kepercayaan dari warga bahwa mereka adalah orang-orang yang keren. "Semoga kegiatan ini menjadi lestari sebagai bagian dari cara hidup dan menghidupi Jatiwangi yang bangga akan identitas kebudayaan gentengnya," pungkas Ila.
Adapun para pemenang Jatiwangi.Cup, Lomba Binaraga Antar Jebor tahun 2018 yaitu Juara I: Enceng Jiman (PG Dua Saudara)
Juara II: Mamat Surahmat (PG Jati Raya) Juara III: Adi Suwandi (PG Tenang Jaya). Sementara hadiah yang mereka raih juara I. Rp1.750.000, juara II Rp1.500.000, dan juara III Rp1000.000. Disamping itu untuk 7 orang masuk 10 besar masing-masing Rp250.000 dan 20 juara harapan mendapat Rp200.000. TH
0 Response to "Sambut HUT RI, Puluhan Pembuat Genting Ikuti Lomba Binaraga Jatiwangi Cup"
Posting Komentar