Motif pembunuhan satu keluarga di Deli Serdang sakit hati disebut gajah


BEBEZHA - Motif pembunuhan satu keluarga di Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumut, terungkap. Perbuatan sadis itu ternyata hanya dipicu sakit hati karena pelaku diejek berbadan besar.

"Dari hasil pemeriksaan sementara, pengakuan mereka (tersangka) motifnya unsur sakit hati, karena (korban) mengolok-olok bentuk fisik pelaku," kata Kapolda Sumut Irjen Agus Andrianto di depan kamar jenazah RS Bhayangkara Medan, Senin (22/10).

Karena sakit hati, tersangka utama Agus Hariadi alias Panglima (40) mengajak Rio alias Yoyo (40), anak buahnya untuk menghabisi Muhajir.

Rio menuruti ajakan itu dan turut merencanakan pembunuhan terhadap Muhajir sekitar Sabtu (6/10), atau 2 hari sebelum tindak pidana terjadi pada Senin (8/10) tengah malam.

Saat ditanyai, Rio juga menyatakan pembunuhan itu dipicu sakit hati akibat ejekan. "Katanya santet, keluarganya disantetlah. Kalau kami lewat di rumahnya, istri korban bilang 'pasukan gajah wis teko', 'pasukan gajah sudah datang', karena badan kami besar-besar. Kami ngejek balik, kami bilang 'tuyul-tuyul', karena mereka badannya kecil. Jadi (pembunuhan) ini akibat ejek-ejekan," kata pria yang beralamat di Kabupaten Batubara ini.



Sebelum melakukan pembunuhan, Agus dan Rio menggedor rumah Muhajir di Dusun III Gang Rambutan, Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumut, Senin (8/10) sekitar pukul 23.00 WIB.

Agus berpura-pura ingin meminjam uang ke tetangga sebelah rumahnya itu. Padahal sebelum ke rumah korban pelaku sudah menyiapkan senjata api. Sementara Rio membawa senjata tajam.

Begitu bertemu, Agus langsung menghantam kepala Muhajir dengan batu bata. Rio kemudian mengikat korban dengan lakban. Kepalanya juga dihantam dengan gagang senjata api. Bagian atas dadanya pun ditikam dengan sangkur.

Istri Muhajir, Suniati (50) yang mengetahui kejadian itu dilakban pada bagian tangan, kaki, hidung dan mulutnya. Begitu juga dengan M Solihin (12). Bocah itu diduga meninggal karena kehabisan napas.

Selanjutnya, Agus mengambil mobil rental. Pada bagian ini, tersangka Dian Syahputra (29) terlibat. Dia turut mengantar tersangka Rio.

Tubuh Muhajir, Suniati dan Solihin kemudian dimasukkan Agus dan Rio ke dalam mobil. "Sepertinya ada yang masih hidup waktu itu," ucap Rio.

Agus dan Rio membawa ketiga korban ke arah Telun Kenas. Mereka dibuang ke aliran Sungai Belumai. "Kata Pak Agus, di sana aman (untuk membuang korban)," aku Rio.

Keesokan harinya, Selasa (9/10), putri Muhajir dan Suniati, Desy Rahmawati (23), yang tinggal di sekitar lokasi heran ayah, ibu dan adiknya tidak ada di rumah. Merasa ada yang janggal, dia kemudian melapor ke Polsek Tanjung Morawa.

Kamis (11/10), jasad Muhajir (49), ditemukan. Tubuh manajer pabrik kacamata PT Domas Intiglass Perdana, Tanjung Morawa, itu ditemukan warga di aliran Sungai Belumai, tepatnya di Desa Tadukan Raga, Kecamatan STM Hilir. Ketika itu jenazah sudah membusuk, dengan posisi tangan dan kaki terikat tali nilon.

Tiga hari kemudian, Minggu (14/10) sekitar pukul 16.00 WIB, jasad M Solihin (12) ditemukan di tepi aliran Sungai Belumai di Dusun B Bintang Meriah, Desa Limau Mungkur, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir, Deli Serdang.

Selasa (16/10) sekitar pukul 10.00 WIB, jasad Suniati ditemukan di perairan Pulau Pandang, Batubara, Sumut.

Berdasarkan pemeriksaan forensik, Muhajir dan Suniati diduga masih hidup saat dibuang ke sungai. Di paru-parunya masih ditemukan air dan pasir.

Tim dari Polda Sumut dan Polres Deli Serdang akhirnya berhasil mengungkap kasus ini. Awalnya mereka menangkap Dian, warga Dusun III Gang Rasmi, Desa Bangun Sari, Tanjung Morawa.

Dua pelaku lain, yakni Agus dan Rio, akhirnya ditetapkan sebagai tersangka dan diburu. Dari penyelidikan, Agus ternyata merupakan pimpinan perampok dan mendapat panggilan 'Panglima'.

Dia diketahui pernah melakukan perampokan bersenjata api dan menembak mati korbannya di kawasan Asahan. "Tapi dia lolos dari hukuman ketika itu," sebut Kombes Pol Andi Rian Djajadi, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumut.

Minggu (21/10) sore, Agus dan Rio terdeteksi di kawasan Tapung, Kampar Riau. Keduanya kemudian disergap di salah satu ruko di Jalan Flamboyan.

"Terhadap tersangka AH (Agus Hariadi) alias P (Panglima) kita lakukan tindakan tegas karena melakukan perlawanan, tersangka meninggal dunia. Sedangkan tersangka R (Rio) alias Y (Yoyo) ditembak pada bagian kaki karena melarikan diri," jelas Kapolda Irjen Pol Agus Andrianto.

Rio kemudian diboyong ke Medan. Jenazah Agus juga dibawa ke RS Bhayangkara Medan setelah sempat dibawa ke RS Bhayangkara Pekanbaru.

Dari pengembangan yang dilakukan, ternyata masih ada tersangka baru, yakni Yayan. Dia pun ditangkap karena menyimpan pistol rakitan dan senjata tajam yang digunakan dalam pembunuhan Muhajir dan keluarganya.
 
"Kita terus selidiki kasus ini, tapi sejauh ini motifnya masih sakit hati karena diolok-olok," sebut Agus.

(mdk)

0 Response to "Motif pembunuhan satu keluarga di Deli Serdang sakit hati disebut gajah"

Posting Komentar