BEBEZHA - Paham Ehen atau yang biasa disebut Balad Ehen yang ada di Dusun Karangpaci, Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat kini mulai punah.
Kepala Dusun Karangpaci Koidin mengatakan, paham Ehen memiliki keunikan tersendiri, di antaranya dalam pola pikir.
"Paham Ehen ada dari nama seseorang warga bernama Aki Ehen," kata Koidin.
Dalam keseharian mereka hidup seperti masyarakat biasa dan sebagian besar mereka berpenghasilan untuk menutupi kebutuhan ekonomi dari hasil bertani.
"Kelompok tersebut kini mulai hilang lantaran para pelaku yang sama pola pikirnya mulai tutup usia," tambahnya.
Keunikan paham Ehen diantaranya, mereka memiliki rasa kewajiban untuk membayar pajak sangat tinggi. "Namun mereka anti politik bahkan malas berpartisipasi menyalurkan hak pilih pada pemilu," papar Koidin.
Selain mereka anti berpolitik, enggan mengikuti kegiatan posyandu. "Setiap kali ada pemilu dari mulai Pilpres, Pilgub, Pilbup, Pileg hingga Pilkades harus diajak oleh petugas," jelas Koidin.
Setelah datang di TPS dan masuk ke kobong suara, mereka hanya membuka kertas suara tanpa mencoblosnya. Salah satu keturunan Ehen bernama Sawidin, (66) mengatakan, julukan faham Ehen datang dari luar kampung yang menilai aneh terhadap keberadaan kelompoknya.
"Orang di luar menyebut kami balad Ehen dan stigmanya dinilai negatif," kata Sawidin.
Sawidin menjelaskan, sekarang pola pikir keturunan dan lingkungan balad Ehen sudah mulai berubah dan menerima modernisasi.
"Namun masalah sikap anti terhadap politik tetap dipertahankan," tambahnya.
Sawidin mengaku, setiap kali ada pemilu, balad Ehen datang ke TPS dan masuk ke kobong suara, namun tidak melakukan pencoblosan.
"Alasan kami tidak melakukan pencoblosan lantaran takut diadu domba dan masalah mencoblos atau tidak mencoblos itu adalah hak kami," papar Sawidin.
Sikap anti politik kami semula pada tahun 1965, saat kelompok Ehen dicatut sebagai anggota PKI. "Padahal kami waktu itu bukan anggota PKI, dari situ kami kapok setiap ada pemilihan dan memilih bersikap netral," jelasnya.
Sawidin memaparkan, Ehen sebetulnya bukan ajaran, namun pola pikir femahaman. "Dulu ada Eyang Musa yang pulang naik haji dan membawa buku dari Makkah," paparnya.
Buku itu disebut tareh alam, yang menjelaskan tentang kehidupan dan kejujuran. "Karena dinilai buku itu menyesatkan oleh pemerintah akhirnya dirampas," jelasnya.
(okz)
0 Response to "Mengenal Balad Ehen, Kelompok Rajin Bayar Pajak namun Alergi Politik karena PKI"
Posting Komentar