Canggih, Penelitian Ini Dapat Prediksi Serangan Teroris- Internet menjadi senjata bagi jaringan teroris yang memanfaatkan
media sosial. Internet juga bentuk teknologi lain untuk mengorganisir,
merekrut, dan menyebarkan propaganda.
Satu hal yang dapat kita lakukan adalah mencari pola dalam aktivitas
dan bahasa para teroris dan pendukungnya secara daring. Dengan melihat
kata kunci yang sering muncul menjelang serangan terjadi, kita bisa
menerka kapan serangan berikutnya akan dilancarkan.
Seperti yang dilakukan Harvard University dalam penelitian
terbarunya. Mereka menggunakan simulasi komputer untuk menunjukkan
bagaimana kelompok pendukung Negara Islam (IS) menyebar dan berkembang
di sejumlah media sosial. “Tak hanya itu, mereka juga melihat bagaimana
cara ini bisa menebak waktu serangan teror,” seperti yang dilansir laman
situs The Conversation, Rabu, 22 Juni 2016.
Cara lain adalah menggunakan software analisis teks untuk meneliti
perbedaan pola bahasa menjelang rencana penyerangan. Bahasa yang
digunakan biasanya menjadi lebih simpel, dengan kata atau kalimat yang
pendek.
Peneliti di Lancaster Univesity telah menggunakan software linguistik
untuk mendeteksi pola bahasa yang digunakan kelompok ekstremis. Mereka
memakai metode kolokasi untuk mengukur keterkaitan positif atau negatif
antar kata. Misalnya, kata “target”, “serangan”, atau “mati” mengarah ke
pengertian negatif dan dapat dikaitkan ke suatu tempat atau waktu atau
seseorang. Dalam konteks ini, kita bisa memprediksi siapa yang sedang
berada dalam bahaya.
Namu pendekatan seperti ini masih terbatas. Sebab, kita masih tidak
bisa mengetahui apa rencana teroris di luar yang mereka ungkap di media
sosial. Kedua penelitian di atas juga hanya mencakup sebagian kecil dari
terorisme.
Perlu diingat bahwa faktor lainnya seperti kondisi politik atau
masalah personal juga dapat pemacu aksi kekerasan. Tak hanya komunikasi
media online, teknologi juga membantu kita dalam mempelajari perilaku
teroris lewat mengukur tingkat stres atau pola-pola komunikasi
non-verbal yang menjurus kepada kebohongan. Hal ini bisa dideteksi lewat
sensor inframerah, MRI, dan pindai otak untuk meneliti pergerakan bola
mata, ekspresi wajah, serta pergerakan tubuh.
Pada 2002, peneliti berhasil menemukan ada peningkatan suhu tubuh di
sekitar mata ketika seseorang ingin berbohong. Teknik ini bisa menjadi
alternatif saat mengawasi wawancara pra-penerbangan di bandara atau
kantor imigrasi.
0 Response to "Canggih, Penelitian Ini Dapat Prediksi Serangan Teroris"
Posting Komentar